Kemiskinan yang memperkaya - Bag.2

Pagi hari yang cerah tiba2 berganti dengan bau tetesan air hujan yang membasahi bumi, menjadikan dahi ini mengernyit dan membuat semakin malas saja langkah kaki ini ke kamar mandi untuk bergegas.. satu dua gayung kusirami tubuhku tetap saja membuat pikiran ini semakin melayang jauh dari tempatku mempersiapkan diri untuk berangkat.. terbayang jenuhnya hari-hari belakangan ini dengan beban pekerjaan di kantor yang terasa menyiksa bathin ini..

Pikiran untuk malas berangkat tetap mengiringi gerakanku memakai baju dan bersiap untuk berangkat bekerja.. dan aku pun berangkat dengan kusutnya pikiranku.. hatiku yang bersedih karena tetap harus memaksakan diri untuk berangkat.. semua orang mungkin bisa melihat wajahku yang menampakkan kekusutan pikiran dan hatiku..

Perjalananku tetap diiringi oleh nyanyian alam rintikan air hujan yang kali ini tidak lagi membasahi genting rumahku, yang kini telah berganti membasahi mobil yang aku tumpangi. Meski hujan tak lagi deras, tapi aku tetap dapat merasakan dinginnya air yang menusuk-nusuk tubuhku.. untungnya mobil memang diciptakan untuk mewadahi air hujan itu sehingga air hujan itu tidak secara nyata menusuk tubuhku, melainkan hatiku yang terasa ditusuk hingga aku pun menggigil.

Dari kejauhan, aku melihat seorang ibu membersihkan kaca-kaca mobil yang terpaksa berhenti karena lampu menyala merah di perempatan itu. Dari mobil ke mobil kuperhatikan ia bergerak melangkahkan kakinya.. ada yang memberinya uang, ada yang memberikan lambaian tangan, ada juga yang memberikan sebuah gambaran sosok berbentuk patung yang diam tak bergeming, dingin, tanpa tanda ataupun pesan..

Sang Ibu berperawakan gemuk itu tetap bergerak mengikuti sederetan mobil yang berhenti itu, sambil berlomba dengan sang mesin pengontrol waktu dari lampu merah itu.. untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin, meski dalam keadaan harus bermandikan air curahan dari langit, ia tetap berusaha..

Dan setiap langkahnya itu telah menyisakan kesan yang berbeda di hati setiap pengendara yang ada.. namun ia tetap berusaha.. meski saat itu harus bertemankan tetesan air hujan, ia tetap penuh semangat menguraikan senyumnya.. kepada siapapun... tidak hanya kepada pengendara yang ada, tapi juga kepada setiap kaca-kaca dari mobil yang disekanya...

Melihat itu, hatiku tergetar.. seakan terbius oleh lambaian tangannya yang mengelap kaca-kaca mobil dengan buaian berupa senyumnya itu.. ternyata hatiku ini tak se-kaya hati milik Ibu itu.. Tuhan, ampunilah aku..
amf*07

No comments: