Pagi hari yang cerah tiba2 berganti dengan bau tetesan air hujan yang membasahi bumi, menjadikan dahi ini mengernyit dan membuat semakin malas saja langkah kaki ini ke kamar mandi untuk bergegas.. satu dua gayung kusirami tubuhku tetap saja membuat pikiran ini semakin melayang jauh dari tempatku mempersiapkan diri untuk berangkat.. terbayang jenuhnya hari-hari belakangan ini dengan beban pekerjaan di kantor yang terasa menyiksa bathin ini..
Pikiran untuk malas berangkat tetap mengiringi gerakanku memakai baju dan bersiap untuk berangkat bekerja.. dan aku pun berangkat dengan kusutnya pikiranku.. hatiku yang bersedih karena tetap harus memaksakan diri untuk berangkat.. semua orang mungkin bisa melihat wajahku yang menampakkan kekusutan pikiran dan hatiku..
Perjalananku tetap diiringi oleh nyanyian alam rintikan air hujan yang kali ini tidak lagi membasahi genting rumahku, yang kini telah berganti membasahi mobil yang aku tumpangi. Meski hujan tak lagi deras, tapi aku tetap dapat merasakan dinginnya air yang menusuk-nusuk tubuhku.. untungnya mobil memang diciptakan untuk mewadahi air hujan itu sehingga air hujan itu tidak secara nyata menusuk tubuhku, melainkan hatiku yang terasa ditusuk hingga aku pun menggigil.
Dari kejauhan, aku melihat seorang ibu membersihkan kaca-kaca mobil yang terpaksa berhenti karena lampu menyala merah di perempatan itu. Dari mobil ke mobil kuperhatikan ia bergerak melangkahkan kakinya.. ada yang memberinya uang, ada yang memberikan lambaian tangan, ada juga yang memberikan sebuah gambaran sosok berbentuk patung yang diam tak bergeming, dingin, tanpa tanda ataupun pesan..
Sang Ibu berperawakan gemuk itu tetap bergerak mengikuti sederetan mobil yang berhenti itu, sambil berlomba dengan sang mesin pengontrol waktu dari lampu merah itu.. untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin, meski dalam keadaan harus bermandikan air curahan dari langit, ia tetap berusaha..
Dan setiap langkahnya itu telah menyisakan kesan yang berbeda di hati setiap pengendara yang ada.. namun ia tetap berusaha.. meski saat itu harus bertemankan tetesan air hujan, ia tetap penuh semangat menguraikan senyumnya.. kepada siapapun... tidak hanya kepada pengendara yang ada, tapi juga kepada setiap kaca-kaca dari mobil yang disekanya...
Melihat itu, hatiku tergetar.. seakan terbius oleh lambaian tangannya yang mengelap kaca-kaca mobil dengan buaian berupa senyumnya itu.. ternyata hatiku ini tak se-kaya hati milik Ibu itu.. Tuhan, ampunilah aku..
amf*07
Kemiskinan yang memperkaya - Bag.1.
Peristiwa kerusuhan beberapa tahun yang lalu terjadi di negara ini telah mengubah hidup sekian banyak orang, terutama bagi mereka yang mengalaminya secara langsung.. ada yang berubah drastis menjadi kaya, ada juga yang berubah drastis menjadi miskin..
Selain uang yang menjadi takaran suatu kekayaan.. ternyata jiwa juga bisa menjadi suatu takaran kekayaan. Setelah kerusuhan itu terjadi, banyak dari mereka yang awalnya kaya secara uang namun secara kejiwaan ada yang mengalami kemiskinan dalam hatinya... akibat trauma yang dialaminya itu, ia menjadi stres, terganggu jiwanya.. bahwa rumah/tokonya hancur porak poranda, bahwa dalam waktu semalam hanya pakaian yang melekat ditubuhnyalah saat itu satu-satunya harta yang dimilikinya, bahwa sekian banyak hutang yang harus dibayar akibat dari barang2 dagangan yang habis karena dijarah, dan sebagainya.. sehingga tak sedikit orang yang meninggal membawa goresan luka yang dalam akibat tak lagi mampu menghadapi kenyataan yang ada...
Namun ada juga yang malah tetap menjadi kaya... sebab bukan lagi uang yang menjadi ukuran kekayaan baginya, melainkan kedamaian.. hatinya mampu berdamai dengan dirinya sendiri, dengan apa yang telah dan akan dihadapinya, dengan lingkungannya, atau yang lainnya...
Yang semuanya itu menimbulkan perasaan syukur.. mensyukuri atas segala apa yang tersisa.. atas keselamatannya/keluarga, atas segala kejadian/situasi yang telah dialaminya itu.. dan atas yang lainnya.. yang mampu mengubahkan kemiskinan yang dialaminya itu menjadi kekayaan hati yang tak terbilang jumlahnya.. yang bahkan tidak akan dapat diambil/dicuri oleh siapapun juga.. kecuali oleh dirinya sendiri..
Apakah kita mau belajar untuk mensyukuri segala sengsara dan nikmat yang kita dapatkan dalam kehidupan ini?
amf*19.09.10
Selain uang yang menjadi takaran suatu kekayaan.. ternyata jiwa juga bisa menjadi suatu takaran kekayaan. Setelah kerusuhan itu terjadi, banyak dari mereka yang awalnya kaya secara uang namun secara kejiwaan ada yang mengalami kemiskinan dalam hatinya... akibat trauma yang dialaminya itu, ia menjadi stres, terganggu jiwanya.. bahwa rumah/tokonya hancur porak poranda, bahwa dalam waktu semalam hanya pakaian yang melekat ditubuhnyalah saat itu satu-satunya harta yang dimilikinya, bahwa sekian banyak hutang yang harus dibayar akibat dari barang2 dagangan yang habis karena dijarah, dan sebagainya.. sehingga tak sedikit orang yang meninggal membawa goresan luka yang dalam akibat tak lagi mampu menghadapi kenyataan yang ada...
Namun ada juga yang malah tetap menjadi kaya... sebab bukan lagi uang yang menjadi ukuran kekayaan baginya, melainkan kedamaian.. hatinya mampu berdamai dengan dirinya sendiri, dengan apa yang telah dan akan dihadapinya, dengan lingkungannya, atau yang lainnya...
Yang semuanya itu menimbulkan perasaan syukur.. mensyukuri atas segala apa yang tersisa.. atas keselamatannya/keluarga, atas segala kejadian/situasi yang telah dialaminya itu.. dan atas yang lainnya.. yang mampu mengubahkan kemiskinan yang dialaminya itu menjadi kekayaan hati yang tak terbilang jumlahnya.. yang bahkan tidak akan dapat diambil/dicuri oleh siapapun juga.. kecuali oleh dirinya sendiri..
Apakah kita mau belajar untuk mensyukuri segala sengsara dan nikmat yang kita dapatkan dalam kehidupan ini?
amf*19.09.10
Menciptakan tanah yang subur
Kata maaf telah diucapkan..
Entah dengan ketulusan hati ataukah hanya pemanis mulut, semata untuk membuat suasana terasa tenang dan hati seakan damai..
Entah apakah si penerima mampu melihat tulus/tidaknya maaf yang telah diucapkan.. andaikan ia melihat adanya ketulusan, namun bila kata itu tetap tak mampu mencairkan kebekuan di hatinya.. kata maaf itu seakan sia-sia untuknya.. tapi tidak demikian halnya bagi si pengucap maaf yang telah melakukannya dengan hati tulus..
Kata boleh diucapkan.. hati jua yang menentukan..
Hati ibarat sebuah tanah lapang..
Mau tak mau selalu menerima teriknya panas sang mentari, derasnya hujan yang turun dari langit, dinginnya angin malam yang seakan menguliti setiap lapisannya, bahkan badai apapun yang datang menghampirinya.. siap tak siap, ia dianggap mampu menghadapinya..
Belum lagi hadirnya kerikil-kerikil yang tajam, bebatuan, dsb.. yang mampu mengoyakkan sang tanah dan menghancurkannya hingga menjadi beku, kering.. lalu menjadi tanah yang mati..
Namun ada juga gerombolan-gerombolan semut, cacing tanah, dan yang lainnya.. yang turut meringankan pekerjaan pak petani dalam menggemburkan tanah untuk kemudian menjadikannya tanah yang subur..
Apakah kata maaf yang diucapkan.. ditabur di tanah yang subur ataukah tanah kering/mati..?
Apakah kata maaf itu diucapkan.. dari tanah yang subur ataukah juga tanah yang kering/mati..?
Dan... apakah tanah yang semula subur itu malah kemudian mengering/mati..?
Ataukah sebaliknya.. dengan kata maaf itu tanah berubah menjadi subur..
Bagaimana dengan kata maaf yang pernah/biasa kita ucapkan..?
Semoga kita semakin dimampukan untuk menciptakan tanah yang subur, yang mampu memberi dan juga menerima apapun itu sebagai pekerjaan yang tetap menjadikannya subur, baik tanah milik kita sendiri maupun tanah sesama kita..
amf*12.09.10
Entah dengan ketulusan hati ataukah hanya pemanis mulut, semata untuk membuat suasana terasa tenang dan hati seakan damai..
Entah apakah si penerima mampu melihat tulus/tidaknya maaf yang telah diucapkan.. andaikan ia melihat adanya ketulusan, namun bila kata itu tetap tak mampu mencairkan kebekuan di hatinya.. kata maaf itu seakan sia-sia untuknya.. tapi tidak demikian halnya bagi si pengucap maaf yang telah melakukannya dengan hati tulus..
Kata boleh diucapkan.. hati jua yang menentukan..
Hati ibarat sebuah tanah lapang..
Mau tak mau selalu menerima teriknya panas sang mentari, derasnya hujan yang turun dari langit, dinginnya angin malam yang seakan menguliti setiap lapisannya, bahkan badai apapun yang datang menghampirinya.. siap tak siap, ia dianggap mampu menghadapinya..
Belum lagi hadirnya kerikil-kerikil yang tajam, bebatuan, dsb.. yang mampu mengoyakkan sang tanah dan menghancurkannya hingga menjadi beku, kering.. lalu menjadi tanah yang mati..
Namun ada juga gerombolan-gerombolan semut, cacing tanah, dan yang lainnya.. yang turut meringankan pekerjaan pak petani dalam menggemburkan tanah untuk kemudian menjadikannya tanah yang subur..
Apakah kata maaf yang diucapkan.. ditabur di tanah yang subur ataukah tanah kering/mati..?
Apakah kata maaf itu diucapkan.. dari tanah yang subur ataukah juga tanah yang kering/mati..?
Dan... apakah tanah yang semula subur itu malah kemudian mengering/mati..?
Ataukah sebaliknya.. dengan kata maaf itu tanah berubah menjadi subur..
Bagaimana dengan kata maaf yang pernah/biasa kita ucapkan..?
Semoga kita semakin dimampukan untuk menciptakan tanah yang subur, yang mampu memberi dan juga menerima apapun itu sebagai pekerjaan yang tetap menjadikannya subur, baik tanah milik kita sendiri maupun tanah sesama kita..
amf*12.09.10
Met Lebaran..
Mentari pagi membangunkan setiap hati
untuk bangkit menyambut hari baru penuh kemenangan,
tubuh pun melangkah..
membingkai hati yang telah dirajut kebijaksanaan dan kerendahan hati,
untuk mau menyatukan telapak tangan,
menundukkan kepala dan bersimpuh,
sambil menyampaikan salam penuh penyesalan..
MINAL AIDIN WAL FAIDZIN,
mohon diberikan maaf, lahir dan bathin..
agar hati keduanya kian dilapangkan,
dan hari depan pun terbentang indah penuh dengan binaran cinta yang telah menang,
mengalahkan segala kesalahan, kelemahan, kekurangan, kekhilafan, kesombongan,keangkuhan,...
dan Sang Pencipta pun dimuliakan.
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI
amf*09.09.10
untuk bangkit menyambut hari baru penuh kemenangan,
tubuh pun melangkah..
membingkai hati yang telah dirajut kebijaksanaan dan kerendahan hati,
untuk mau menyatukan telapak tangan,
menundukkan kepala dan bersimpuh,
sambil menyampaikan salam penuh penyesalan..
MINAL AIDIN WAL FAIDZIN,
mohon diberikan maaf, lahir dan bathin..
agar hati keduanya kian dilapangkan,
dan hari depan pun terbentang indah penuh dengan binaran cinta yang telah menang,
mengalahkan segala kesalahan, kelemahan, kekurangan, kekhilafan, kesombongan,keangkuhan,...
dan Sang Pencipta pun dimuliakan.
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI
amf*09.09.10
Subscribe to:
Posts (Atom)