Persembahan Si Miskin

Disaat hidup dengan keuangan yang terbatas, terasa sulit untuk memberi diri dalam pelayanan, terlebih bila dalam pelayanan itu memerlukan uang.
Meneladani seorang janda miskin yang memberi dari kekurangannya, terasa sungguh amatlah berat dalam melakukannya, karena terbayang segala kemewahan dan gemerlapnya dunia yg seringkali berusaha membawa jiwa ini untuk ikut berlomba meraih dan memilikinya.
Terkadang jiwa mampu menahan diri untuk tetap bersyukur dan terus memberi dalam kekurangan, namun disaat melihat kenyataan dan godaan didepan mata, belum lagi orang-orang yang seakan menjauh, semakin membuat silau jiwa dan miris hati, lalu tergoda untuk meraihnya.

Jangankan menggerakkan tangan untuk memberi, karena hati seakan beku.
Andaikan memberi pun, hati bahkan tertutup untuk menerima hasil dari memberi itu, karena tidak adanya rasa sukacita dan damai disana.

Maka jangankan untuk memberi, sebaliknya berharap akan belas kasihan orang lain untuk peduli atau bahkan memberikannya apa yg diinginkan. Hati juga menjadi hampa karena yang diinginkannya tidak dimilikinya. Jiwa pun terasa remuk tak berdaya karena apa yang ingin dilakukannya terasa sulit untuk dilakukannya.

Sebaliknya, apabila kehidupan dengan keadaan ekonomi yang lebih baik, betapa mudahnya kita untuk memberi, itupun masih dalam taraf sekian persen dari apa yang diterimanya. Sehingga lebih mudah untuk melayani dengan keadaan diri dan kehidupan yang lebih baik.

Tuhan, ajarilah aku tentang bagaimana memberi seperti hati 'kaya' milik si janda miskin itu...
amf*04.03.10

No comments: