Kehilangan seseorang yang terkasih apalagi disaat yang tak terduga, membuat hati pedih akan rasa kehilangan yang dalam. Memandang tubuh yang telah terbujur kaku membuat air mata penuh rasa kehilangan mengalir deras seiring dengan bayangan akan kenangan terakhir saat bersamanya. Rasa penyesalan datang menyelinap seiring dengan terngiangnya pesan-pesan yang kini menjadi pesan terakhirnya yang tak terlupakan.
Kata-kata terakhir itu jadi kesedihan di hati karena belumlah dapat memenuhi keinginannya bahkan hingga disaat terakhirnya itu, membuat hati lebih teriris lagi larut dalam kesedihan yang mendalam.
Dalam duka, kupanjatkan doa untuk yang terkasih itu dengan memandang salib yang ada didepanku.
Kulihat salib yang hina itu dan aku pun teringat akan kisah yesus yang tersalib itu.
Memandang salib Yesus yang semula adalah lambang kehinaan.
Bagaimana dengan perasaan Maria yang ketika saat itu hanya dapat memandang Anaknya yang sangat dikasihinya harus wafat diatas kayu salib yang hina itu. Melihat kekejian yang dilakukan terhadap Anaknya, terasa mengiris-iris hati seorang Ibu yang turut merasakan penderitaan yang dialami oleh buah hatinya, yang hanya mampu bergumam dalam hati ingin menggantikan posisi Anaknya.
Hati seorang Ibu tidak percaya akan kenyataan yang ada dihadapannya, melihat Anaknya tergantung di atas kayu salib setelah didera dan disiksa hingga tubuh dan wajahnya penuh dengan luka, padahal baru beberapa hari saja orang-orang disekitarnya bersorak sorai memujiNya. Tapi mengapa saat ini mereka bertindak keji ?.
Hatinya kagum sekaligus teriris menyaksikan Anak yang dikasihinya itu dengan pasrah menerima ketidakadilan yang menimpanya itu. Meski dikhianati dan dilupakan oleh murid-muridNya, meski diejek, diolok, dihina dan direndahkan, IA tetap mengasihi dan mendoakan mereka, "Ya Bapa, ampunilah mereka, mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."
Hati siapa yang takkan miris kala melihat dan medengar semuanya itu tanpa mampu berbuat apapun hingga disaat waktuNya tiba, seorang Ibu hanya mampu menatap wajah Anaknya dengan tubuh yang sudah terbujur kaku. Yang sejak bayi dilahirkannya ke dunia, kini harus menderita siksaan hingga wafat dalam usia yang masih muda, bahkan hatiNya diberikanNya untuk semua orang.. termasuk orang-orang yang melukaiNya.
Ibu hanya mampu memandang wajah Anaknya yang berada dalam pangkuannya dengan hati penuh kesedihan dan ungkapan doa kepada Allah karena yakin bahwa itulah rencana Allah yang terbaik bagi Anaknya agar Allah ditinggikan dan dimuliakan.
Sehingga seluruh umat manusia dapat memperoleh kehidupan kekal di Surga bersama Bapa karena Anaknya telah mengalahkan maut dengan jalan dan kebenaran yang Ia lakukan supaya manusia dapat memperoleh kedamaian abadi dan kehidupan kekal di surga.
Disaat kita menghadapi ketidak-adilan, apakah kita mampu menghadapinya dengan berjiwa besar?
amf*04.10.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment