Hati yang Merdeka

Dipagi hari nan cerah.. dipertengahan jalan raya, ada seorang penyeberang jalan yang hampir saja terhimpit diantara dua mobil, yang secara spontan mengucapkan kata2 kasar. Untungnya sopir mikrolet yang kutumpangi bisa segera membelokkan setirnya kekanan sambil membalas ucapan kasar itu dengan makian kasar lainnya, versi si abang mikrolet.

Panasnya matahari di Jakarta mampu meningkatkan kadar emosi setiap manusia yang lalu lalang di siang hari yang terik. Maka tak mengherankan bila kejadian saling sodok antar pengemudi bus, saling caci antar sesama pengguna jalan raya adalah pemandangan sehari2 dari kota tercinta Jakarta.

Namun pemandangan yang lain dari biasanya sedang terjadi…
Di suatu pinggiran kota, tampaklah seorang wanita muda dengan menggunakan helm menuntun sebuah sepeda berisikan barang bawaan, dan disisi sebelah kanannya hadir seorang pria setengah baya menuntun sebuah sepeda motor milik wanita itu. Mereka berdua berjalan cukup jauh dari keramaian lalu lintas jalan menuju tepian jalan.

Ternyata teriknya mentari mampu hangatkan kedalaman hati sang pria untuk mengulurkan tangannya membantu sang wanita.

Dari dua kejadian diatas, dari para pelaku kehidupan manusia, siapakah diantara mereka yang memiliki Hati yang Merdeka ?
Matahari yang sama memancarkan sinar dan teriknya kepada orang yang sama. Namun reaksi mereka akan setiap kejadian adalah berbeda…

amf*Aug06

Kasih yang takkan usai

Sekuntum bunga mawar yang tumbuh indah, yang menebarkan keharumannya, mampu menyegarkan taman hati kita, namun akan ada saat baginya untuk mati dan layu.

Kehadiran manusia di muka bumi ini, sejak dilahirkan ke dunia ini pasti memiliki arti bagi siapapun yang ada disekelilingnya, tak peduli siapa dirinya dan berapapun usianya. Sebab kasih dan rancangan Tuhan tetap ada dan selalu indah.
Kelahiran dan kematian adalah hal-hal diluar jangkauan manusia, hingga saat dimana kehilangan orang yang dikasihi pun, tidak meruntuhkan semangat untuk tetap bertahan menjalani hidup, serta berkarya menjalankan tugas yang Tuhan berikan.

Setiap manusia yang ada di muka bumi pasti pernah merasakan takut.. misalnya: takut coklat kesukaannya segera habis.. takut hartanya habis.. takut kehilangan teman, sahabat, pacar, suami/istri, orangtua,.. dsb. Meskipun semuanya itu masih ada padanya.. hanya dianggap suatu keharusan untuk tetap ada.


Weekend Fully Alive Experience, “FAE” angkatan 62 yang diadakan secara khusus bagi Paguyuban Lansia WREDATAMA YULIUS DARMOATMODJO & Warakawuri St. Monica dari paroki St. Kristoforus Jakarta mampu memberikan cermin untuk berkaca, tuk membuktikan secara nyata akan adanya Kasih yang tiada henti.

Itulah hal yang dirasakan oleh peserta weekend yang diadakan di Wisma Canossa Bintaro pada tgl.11-13 Agustus 2006 lalu. sehingga disaat rambut memutih seperti sekarang ini, Tuhan masih memperkenankan kami untuk dapat berkaca, memandang diri kami masing-masing sampai kekedalaman jiwa dan hati kami, untuk menelusuri akan rakhmat yang tidak pernah kami sadari selama ini.. bahwa Tuhan sungguh mengasihi kami dengan memberikan kami citra diri yang sangat berharga.

Citra diri yang baik sejak awal penciptaan manusia, tanpa disadari telah terkontaminasi oleh keadaan/pengaruh diluar diri yang menjadikan visi manusia menjadi negatif sehingga mempengaruhi diri untuk bersikap dan bertindak secara tidak utuh, didalam kehidupan yang dianugerahkan Tuhan.

Bahwa.. aku yang begitu berharga.. aku yang patut dicintai.. yang dapat mengasihi sesama.. seperti kasih yang dicurahkanNYA, yang mampu membangkitkan semangat didalam diri untuk dapat mengasihi dengan tulus seperti kasih Bapa yang tanpa syarat, tulus apa adanya, untuk dapat hidup secara penuh dan utuh didalam kasih Tuhan.

Tak hanya pesertanya, para team FAE pun juga merasakan bahwa weekend kali ini sungguh memberikan warna baru bagi setiap hati. Hingga bagi kami, para team pun dibuat berkaca akan kualitas diri dan kualitas kasih kami sebagai seorang anak terhadap orang tuanya.

‘Inilah impian saya yang hampir terwujud, dimana saya ingin adanya kegiatan yang dilakukan bersama oleh tiga generasi sekaligus… generasi oma/opa, papa/mama, hingga ke generasi anak-cucu’ itulah salah satu ungkapan dari Bapak Dasuki sang dosen filsafat yang tampak berwibawa dengan prinsip hidup dan keinginannya untuk belajar dan terus memperbaiki diri meski usianya sudah kepala 7, namun semangatnya tetap berkobar sekuat tubuhnya yang masih tetap bugar dan masih mampu melaksanakan hobinya bersepeda.

Sedangkan Bunda Marwoto… demikian panggilan akrabnya, beliau merasakan Kasih Tuhan yang berlimpah disepanjang hidupnya, dimana ia mampu membesarkan 9 orang anaknya seorang diri. Bunda yang dianggap sesepuh oleh semua peserta ini sangat bersyukur akan keikutsertaannya dalam FAE, dan bersemangat untuk mengajak orang-orang dilingkungannya untuk mengikuti weekend ini.

Sama halnya dengan Pak Yan, yang menjadi koordinator dari paroki St. Kristoforus ini berdasarkan apa yang didapatnya selama weekend membangkitkan semangat optimisnya untuk mengembangkan FAE ini di parokinya sehingga akan semakin banyak jiwa yang akan hidup secara penuh dan utuh, ungkap beliau.

Cepatnya putaran roda kehidupan, membuat kita seringkali tidak menyadari karya Sang pemberi hidup. Hingga kehadiran diri kita dan apa saja yang dimiliki terasa biasa dan akan segera habis, hingga lupa bahwa Kasih dari Sang Pencipta tak pernah ada habisnya.

Seperti halnya kepompong yang harus terus berjuang untuk dapat menghasilkan kupu-kupu nan indah, begitu pula kasih Tuhan terhadap manusia.. terus dicurahkan untuk membentuk kita dari balutan usia yang ada, hingga rambut memutih dan tubuh melunglai sekalipun, kasih Tuhan tetap selalu ada dan selalu baru setiap harinya.

Satu hal yang membedakan adalah meski mereka pernah muda… meski pekatnya garam kehidupan yang pernah mereka alami, namun mereka tak ragu dan malu untuk berkaca dan terus belajar untuk dapat hidup secara penuh melalui rangkaian weekend FAE, yang dirangkai untuk belajar langsung dari Sang Guru Kehidupan. Bagaimana dengan anda ?.

amf*Aug06

Merdeka, atau Mati ?

Tahun 1945 merupakan tahun bersejarah bagi Negara Indonesia, dimana kemerdekaan diraih sampai titik darah penghabisan. Meski dijajah, untungnya para pahlawan perintis kemerdekaan di negri ini tetap memiliki rasa merdeka didalam hati dan jiwa mereka.
Raga boleh terpenjarakan namun pikiran tetap bebas dan gagah berani menghadirkan semangat yang tetap berkobar sehingga sampai detik ini kita dapat memiliki suatu Negara merdeka.

Saat ini, meskipun negri ini sudah medeka, namun masih dapat kita lihat.. adanya jiwa yang tidak merdeka.. Sehingga meski bentuk negaranya sudah merdeka, namun hidupnya bagaikan terpenjara.. seakan mati karena disitu sudah tidak ada lagi semangat untuk hidup.

Disaat dada penuh sesak akan emosi yang harus dilontarkan… disaat hati penuh dengan ungkapan perasaan.. disaat otak harus berhenti berputar hingga mematikan kreatifitas.. disaat mulut harus tertutup rapat.. dibungkam…. diam, tanpa suara.. pasrah tanpa daya upaya..
Menjadikan hidup bagai diambang kematian.. jantung terasa berhenti berdetak, seakan protes akan kondisi batin yang terpenjara. Meski sang tubuh tetap dapat bebas bergerak, namun bagaikan tubuh tanpa jiwa dan roh.

Dapatkah kita bayangkan....
Bila seorang anak kecil yang selalu saja penuh rasa ingin tahu dan ingin diperhatikan, berusaha mengungkapkan segala hal yang dialaminya, dengan polos dan tanpa maksud serta tujuan apapun, harus mengalami hidup bagaikan terpenjara..? dibungkam seribu bahasa.. dimatikan kreatifitasnya, maka ada kemungkinan dia akan tumbuh menjadi manusia yang dingin dan mati.

Mereka membutuhkan kita !
Dalam berbagai hal.. sebagai seorang teman.. sahabat.. tempat berkeluh kesah serta merasakan kenyataan akan adanya kasih.
Kasih yang memiliki sayap berbulu indah.. hingga dapat menerbangkan siapa saja yang menggunakannya, tanpa peduli siapapun ia.. Untuk membawanya menuju hidup yang penuh warna, seindah pelangi cinta dan seharum bunga mawar yang merekah di taman kehidupan kita.

Semoga semangat kemerdekaan 61tahun silam tetap ada didalam hati kita, terus berkobar.. membakar hati kita yang paling dalam, untuk memberikan titik-titik harapan bagi jiwa2 yang hampir padam.
Mereka.. membutuhkan kita.. sebagai pencetus awal.. sebagai pelindung.. sebagai penyemangat.. sebagai pendengar.. untuk memberikan secercah harapan bagi hati yang gundah.. untuk menghancurkan terali2 yang siap membelenggu mereka dengan cara yang halus dan kasat mata.. marilah sama2.. kita ajak mereka untuk terbang melayang, sejauh mata memandang, untuk merasakan betapa nikmat dan indahnya karunia dan kasih Tuhan bagi mereka…
KasihNya memerdekakan kita, karena kasihNya tulus, apa adanya, dan tanpa syarat !.

amf*Aug06