Disaat kehilangan seseorang yang dikasihi, terasa bagaikan petir yang menggelegar, menggetarkan dan menggoncang seluruh tubuh akan rasa tidak percaya akan kenyataan yang ada.
Disaat memandang tubuh yang tergeletak diam dalam kekakuan, perasaan seakan bergejolak, mempertanyakan "mengapa ini terjadi?, tadi pagi masih bisa berdiri dan berbicara.." semua pertanyaan muncul bertubi-tubi seiring dengan berputarnya rentetan peristiwa terakhir yang bersamanya dan terngiang kata-kata yang diucapkannya itu sebagai pesan terakhirnya untukku.
Meski dalam tangis yang dalam, aku mencoba untuk mengajaknya berbicara, sambil berharap ia akan bernafas kembali setelah mendengar suaraku, namun tubuh itu tetap diam tak bergerak, terbujur dalam kekakuannya.
Rasa kehilangan yang besar membuat hati ini berduka meski ada rasa ingin berontak, menganggap itu semua hanya mimpi dan berharap agar orang itu tetap hidup sehingga aku dapat memberikannya kebahagiaan yang lebih dan lebih lagi...
Selamat jalan Opaku tersayang, maafkanlah cucumu ini yang belum dapat melakukan keinginanmu, memberikanmu kebahagiaan disaat engkau masih bersama kami. Namun aku yakin engkau tetap dapat melihat dan merasakan kebahagiaanku dari tempatmu berada, disaat waktuku tiba. Disaat itulah engkau turut berbahagia bersama kami orang-orang tersayangmu.
Doa dan sayangku selalu untukmu Opa, aku mencintaimu... Berbahagialah dalam pelukan kasih Bapa di Surga.
amf*26.03.10
Persembahan Si Miskin
Disaat hidup dengan keuangan yang terbatas, terasa sulit untuk memberi diri dalam pelayanan, terlebih bila dalam pelayanan itu memerlukan uang.
Meneladani seorang janda miskin yang memberi dari kekurangannya, terasa sungguh amatlah berat dalam melakukannya, karena terbayang segala kemewahan dan gemerlapnya dunia yg seringkali berusaha membawa jiwa ini untuk ikut berlomba meraih dan memilikinya.
Terkadang jiwa mampu menahan diri untuk tetap bersyukur dan terus memberi dalam kekurangan, namun disaat melihat kenyataan dan godaan didepan mata, belum lagi orang-orang yang seakan menjauh, semakin membuat silau jiwa dan miris hati, lalu tergoda untuk meraihnya.
Jangankan menggerakkan tangan untuk memberi, karena hati seakan beku.
Andaikan memberi pun, hati bahkan tertutup untuk menerima hasil dari memberi itu, karena tidak adanya rasa sukacita dan damai disana.
Maka jangankan untuk memberi, sebaliknya berharap akan belas kasihan orang lain untuk peduli atau bahkan memberikannya apa yg diinginkan. Hati juga menjadi hampa karena yang diinginkannya tidak dimilikinya. Jiwa pun terasa remuk tak berdaya karena apa yang ingin dilakukannya terasa sulit untuk dilakukannya.
Sebaliknya, apabila kehidupan dengan keadaan ekonomi yang lebih baik, betapa mudahnya kita untuk memberi, itupun masih dalam taraf sekian persen dari apa yang diterimanya. Sehingga lebih mudah untuk melayani dengan keadaan diri dan kehidupan yang lebih baik.
Tuhan, ajarilah aku tentang bagaimana memberi seperti hati 'kaya' milik si janda miskin itu...
amf*04.03.10
Meneladani seorang janda miskin yang memberi dari kekurangannya, terasa sungguh amatlah berat dalam melakukannya, karena terbayang segala kemewahan dan gemerlapnya dunia yg seringkali berusaha membawa jiwa ini untuk ikut berlomba meraih dan memilikinya.
Terkadang jiwa mampu menahan diri untuk tetap bersyukur dan terus memberi dalam kekurangan, namun disaat melihat kenyataan dan godaan didepan mata, belum lagi orang-orang yang seakan menjauh, semakin membuat silau jiwa dan miris hati, lalu tergoda untuk meraihnya.
Jangankan menggerakkan tangan untuk memberi, karena hati seakan beku.
Andaikan memberi pun, hati bahkan tertutup untuk menerima hasil dari memberi itu, karena tidak adanya rasa sukacita dan damai disana.
Maka jangankan untuk memberi, sebaliknya berharap akan belas kasihan orang lain untuk peduli atau bahkan memberikannya apa yg diinginkan. Hati juga menjadi hampa karena yang diinginkannya tidak dimilikinya. Jiwa pun terasa remuk tak berdaya karena apa yang ingin dilakukannya terasa sulit untuk dilakukannya.
Sebaliknya, apabila kehidupan dengan keadaan ekonomi yang lebih baik, betapa mudahnya kita untuk memberi, itupun masih dalam taraf sekian persen dari apa yang diterimanya. Sehingga lebih mudah untuk melayani dengan keadaan diri dan kehidupan yang lebih baik.
Tuhan, ajarilah aku tentang bagaimana memberi seperti hati 'kaya' milik si janda miskin itu...
amf*04.03.10
Subscribe to:
Posts (Atom)