KUKAYUH SEPEDAKU

Seorang anak kecil sedang belajar untuk mengendarai sepeda kecilnya yang telah diberikan dua buah roda tambahan yang ukurannya lebih kecil dari roda yang lainnya dan diletakkan diantara roda belakang sepedanya. Cisca kecil pun langsung menaikinya dengan mantap, duduk dibangku yang berada diantara dua buah roda depan dan belakang, lalu meletakkan kakinya pada kedua sadel yang berada didekat kakinya. Bagaikan seorang pembalap yang biasa ia lihat di televisi, dengan kencang kedua tangan kecilnya menggenggam pegangan stang sepedanya, kedua matanya menatap lekat kedepan dan kedua kakinya langsung mengayuh sepedanya hingga rantainya pun mulai terdengar derikannya..krk...krk.... sehingga.. melajulah ia bersama sepedanya. Ia membayangkan dirinya sebagai seorang pembalap yang berada di arena sirkuit, ia dan bersama kakaknya pun mulai berlomba untuk mengelilingi sebuah meja tenis yang diletakkan ditengah-tengah rumahnya. Terjadilah suatu perlombaan balap sepeda yang seru karena banyaknya rintangan yang harus dihadapi diperjalanan, entah itu meja, lemari, dan barang-barang lainnya. Ada pula saat-saat menegangkan dimana terjadi susul menyusul dikala yang satu lengah atau ada yang menggunakan jalur lain, jalan pintas dibagian bawah meja tenis, yaitu diantara kaki-kaki meja tenis itu.

Beberapa minggu kemudian permainan itu kehilangan tantangan sehingga tidak lagi terasa asyik untuk dimainkan, maka timbullah inisiatif untuk mengangkat kedua roda kecil yang ada dibelakang sepedanya itu, kemudian dinaikilah.. ia meletakkan badannya lalu tangannya menggenggam setang sepeda itu, namun disaat ia hendak meletakkan kedua kakinya seperti biasa, ia merasa tubuhnya miring bersama sepedanya. Ia pun bingung.. mengapa sepedanya menjadi seperti ini? Jangankan untuk diajak berkeliling seperti biasanya, untuk menaruh kakinya saja, ia merasa oleng dan jatuh. Ia pun bersedih karena sepedanya tidak lagi asyik untuk diajak main, maka ditinggalkannyalah sepeda itu.

Waktu pun berlalu beberapa tahun kemudian dan cisca kecil pun tumbuh tanpa lagi teringat akan kisah serunya bersama sepeda kecilnya, ia pun tidak tahu entah dimana sepeda kecilnya itu dan bahkan ia pun tidak lagi ingat pernah menjadi seorang pembalap bersama kakaknya melewati berbagai rintangan dan juga halangan kaki-kaki orang lewat serta barang-barang yang ada di lantai dua di rumahnya itu.


Suatu sore hari yang teduh, ia melihat sebuah sepeda yang biasa dipakai oleh karyawan papanya. Melihat itu ia jadi teringat akan sepeda kecil miliknya dulu, lalu ia pun minta diajarkan. Dengan takut-takut ia mencoba untuk duduk di sepeda itu, mengenggam erat setang sepeda yang berada dikedua sisi kiri dan kanan sepeda, lalu mencoba untuk meletakkan kedua kakinya.. namun terbayang dalam pikirannya tentang kisah sepeda kecilnya saat terakhir kali ia pakai, yaitu disaat kedua kaki kecil sepeda itu dicopot.. dan benar saja, baru saja kaki kanannya hendak digerakkan, sepeda itu mulai terasa oleng dan ia pun merasa tubuhnya miring kesisi kiri dan hampir jatuh ke tanah. Wah bagaimana ini? ‘Aku perlu dua kaki tambahan dibagian belakang sepeda ini, sama seperti sepeda kecilku dulu.. namun..’ ungkapnya dalam hati. Lalu dengan dibantu oleh seorang teman, ia merasa mendapatkan kedua kaki kecil tambahan seperti sepeda kecilku dulu.. ia pun dapat mulai mengendarai sepeda itu.. perlahan-lahan ia mulai bergerak, namun lama kelamaan ia merasa sepeda yang dinaikinya itu tidaklah sekencang sepeda kecilnya dulu dan ia mulai merasa seperti membawa barang yang berat dibelakangnya.. karena disaat ia hendak bergerak cepat, laju sepedanya malah semakin lambat, ia pun mulai merasakan itu sebagai suatu beban yang menghambat laju sepedanya hingga ia melihat tidak ada gerakan berarti yang telah ia lakukan, ia merasa tetap berada ditempat semula, namun dengan usaha dan tenaga yang besar.


Maka dimintanya orang itu untuk melepaskan dirinya dari belakangnya, namun ia pun oleng dan jatuh kembali. Kemudian ia mencoba lagi, namun kembali oleng dan jatuh.

Namun akhirnya orang itu mengingatkannya untuk kembali mencoba dengan ungkapan, ‘ayo coba lagi, aku akan tetap ada dibelakang memegangimu dan kamu bisa tetap melaju’. Maka cisca kecil pun mengikuti apa yang diucapkannya.. ia pun mulai mengayuh sepedanya, disaat ia hendak mengayuh kaki kanannya, tubuhnya terasa miring, namun dengan segera ayuhan kaki kirinya menimpali, begitu terus ia kayuh sepedanya yang perlahan berjalan melebar ke kiri lalu ke kanan.. namun beberapa menit kemudian ia tidak menyadari beban yang ia rasakan dibelakang tubuhnya, padahal ia sudah melangkah jauh kedepan, dan bahkan memutar-mutar mengelilingi halaman rumahnya, tanpa menyadari bahwa orang yang ada dibelakangnya itu kini berada didepannya sedang melihat kearahnya. Dengan kebingungan, ia mencoba untuk merasakan kayuhan sepedanya... ‘mm... terasa ringan dari sebelumnya..’ dan dengan berteriak.. jangan dilepas... aku takut.. sepeda itu pun ia kayuh terus hingga tanpa disadarinya jalannya pun mulai lurus kedepan, tidak lagi melenceng ke kiri dan kanan.


Dari ketidakseimbangan yang satu.. ia gunakan yang lainnya untuk menjadikannya seimbang hingga mampu melangkah jauh dan jauh... dengan kecepatan yang kian meningkat.. hingga terasa bagaikan masa kecil dulu.

amf*23.11.09


Didalam kehidupan ini, tentunya ada beragam persoalan didalam kehidupan kita. Menghadapi suatu masalah didalam hidup, yakinilah bahwa Tuhan ada bersama kita... memberikan kita RahkmatNya, maka kita akan mampu menghadapi setiap persoalan itu dengan sangat baik, sehingga diakhir peristiwa itu kita akan melihat dengan penuh rasa kagum agan betapa indahnya pesona dan keagungan Tuhan didalam memberikan warna dalam hidup kita, seperti halnya warna-warni pelangi yang terurai lembut dihamparan langit nan biru setelah hujan turun membasahi bumi.

No comments: