Kematian yang membawa Kedamaian di hati

Kehilangan seseorang yang berarti dalam hidup kita, seperti sebuah mimpi buruk di pagi hari yang cerah. Melihat tubuh yang telah terbujur kaku, mata berusaha untuk melihat selekat mungkin seakan enggan untuk menghadapi kenyataan yang ada bahwa kematian telah merenggutnya dari kehidupan ini. Dengan tatapan penuh harap, perasaan hati yang terus bergejolak karena sudah berselimutkan rasa kesedihan yang dalam, berusaha untuk mengelak dengan pikiran yang terus saja menerawang jauh.. memutar ingatan akan hari-hari indah yang pernah terukir bersamanya, juga terngiangnya ucapan kalimat yang seakan menjadi pesan terakhirnya. Semuanya itu seakan ingin melumatkan apa yang sedang terjadi agar dengan paksa menindasnya dan tidak menjadikannya sebagai kenangan terakhir yang tak mungkin terulang kembali.

Siapapun orangnya bila diberikan pilihan, tentunya tidak ada satu orang pun yang pernah mau mengalami rasa kehilangan terhadap seseorang yang dikasihinya, apalagi dalam keadaan yang tidak terduga sekalipun. Karena bila saat itu terjadi, beritanya akan bagaikan suara ledakan bom yang memekakkan telinga, dan melunglaikan seluruh tubuh dan jiwa ini.

Demikian halnya yang terjadi dengan Maria, sebagai seorang Ibu yang telah melahirkan Yesus ke dunia, ia sangat terkejut ketika mendengar kabar tentang apa yang terjadi dengan Puteranya, ia pun bergegas menghampiriNya… dan menyaksikan suatu aksi brutal terhadap Puteranya, dimana kekejian sedang dilakukan terhadap Puteranya. Hati seorang Ibu seakan tidak mau percaya akan kenyataan yang ada dihadapannya, melihat keadaan Puteranya digantung di atas kayu salib setelah didera dan disiksa hingga tubuh dan wajahnya penuh dengan luka dan darah yang mengalir, padahal baru beberapa hari saja orang-orang itu bersorak sorai memuji PuteraNya. Tapi mengapa kini mereka bertindak sekeji itu ? Apakah kesalahanNya ?.

Semua itu membuat hati Maria hancur berkeping-keping dengan rasa pedih yang bagaikan petir yang menampar wajahnya. Kesedihannya seakan mengiris hatinya yang juga turut merasakan penderitaan yang dialami oleh Sang buah hati, dimana ia, sebagai Ibu yang melahirkanNya tidak mampu berbuat apapun, selain mengeluarkan deraian air mata yang mewakili segala perasaan hatinya dan gumaman dalam hati kecilnya, betapa ingin segera berlari menghampiri dan menggantikan posisi Puteranya disaat itu.

Hati siapa yang takkan miris saat melihat dan mendengar semuanya itu namun tidak mampu berbuat apapun. Hingga disaat kematian itu datang, Maria hanya mampu memeluk tubuh yang sudah tak berdaya itu dengan tatapan penuh kasih dan gejolak kesedihan hati seorang Ibu. Sebuah tatapan penuh kasih yang takkan pernah usai sampai kapanpun. Namun kerendahan hati Maria membuatnya mampu merelakan Puteranya itu, yaitu bahwa Bapa yang berkuasa atas diri Puteranya. Sehingga apapun yang terjadi terhadap Puteranya pastilah yang terbaik sesuai dengan rencana Bapa.

Seorang Putera yang sangat dicintainya, telah menderita dan mati dalam usia yang begitu muda. Meski dikhianati dan dilupakan oleh murid-muridNya, diejek, diolok-olok, dihina dan direndahkan, dengan pasrah Ia menerima semua ketidakadilan yang menimpaNya itu. Bahkan Ia masih saja memberikan hatiNya kepada semua orang, termasuk orang-orang yang melukaiNya, yang dengan penuh kasih, Ia mendoakan mereka kepada Bapa, "Bapa, ampunilah mereka. Mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."

Siapapun takkan tega menyaksikan segala penderitaan yang harus dilalui Yesus ketika Ia tetap memilih untuk melakukan kehendak Bapa, meskipun sebagai Putera Allah, Ia mampu untuk membiarkan cawan itu berlalu dariNya namun jalan penderitaan itulah yang tetap Ia tempuh untuk menunjukkan kemuliaan Bapa, bukan kemuliaanNya yang tentunya dengan cara yang instan berupa kekerasan dan kekuasaan yang dengan mudah dapat diperolehNya dari Bapa.

Rencana Bapa memang indah. Melalui kematian Yesus di kayu salib, Ia pun dibangkitkan pada hari ketiga. Dengan demikian, kematianNya bukan berarti kepergianNya untuk selamanya dari muka bumi ini, melainkan menuju kebangkitan yang abadi, dimana Ia telah mengalahkan maut dan berkuasa atas semua yang ada di bumi maupun yang ada di Surga, dan Ia pun menjadi Raja atas segala raja.
Dan Ia bukan saja milik bangsa Israel, juga bukan hanya milik IbuNya, melainkan Ia adalah milik semua orang yang mau percaya kepadaNya.

Sehingga seluruh umat manusia, siapapun ia.. dapat memperoleh kehidupan kekal di surga bersama Bapa, karena Puteranya telah mengalahkan kematian dengan pengorbananNya di kayu salib. Dan kini, Ia telah berada di sekitar kita bagaikan secercah cahaya yang telah menyinari kita dengan terang kasihNya.

Kini maukah kita menerima cahaya itu didalam hati kita? dan membiarkannya masuk dan bercahaya dalam diri kita?, sehingga terangnya mampu memberikan pantulan kasih yang adalah berasal dari kasihNya itu. Karena kematianNya adalah untuk memberikan kedamaian yang kekal bagi kita semua.
amf*29.04.09.

No comments: